Saturday, April 18, 2009

Senja

Duhai senja, dan hari kemarin. Berapa senjakah harus berlalu senyap warna jingga agar senyapnya merasuki pikiran kalutku yang buntu. Musim dingin sudah menghangat, yang hangat sudah membeku tapi otak dan hatiku tidak kian surut beradu. Asmara masih merah bagai lahar menyeruak sebagaimana pula amarah dalam duka dalam sepi dalam hidup yang semakin nestapa. Duhai senja, akulah satu jiwa yang tersesat di hari yang lalu.

No comments: